INDONESIA jarang mendapat pujian sebagai pemimpin inovasi iklim, tetapi pada 7 Juli 2025, sebuah langkah berani diambil untuk mengubah narasi itu.
Asosiasi Biochar Indonesia Internasional (ABII) resmi diluncurkan di Jakarta, dengan Hashim Djojohadikusumo—adik Presiden Prabowo Subianto—menjadi ketua pertamanya.
Organisasi ini menjanjikan arah baru bagi strategi karbon Indonesia, memanfaatkan kekuatan pasar bebas untuk memaksimalkan nilai biomassa tropis yang melimpah.
Hashim menyebut ABII sebagai “wadah kolaboratif dan strategis” yang siap membawa biochar dari laboratorium menuju kebijakan publik dan pasar karbon global.
“Indonesia bisa menjadi adidaya biochar dunia,” tegasnya dalam konferensi pers, seraya menyebut Republik Demokratik Kongo, Brasil, dan Venezuela sebagai sedikit negara lain dengan cadangan biomassa sebanding.
Biochar, hasil pembakaran biomassa tanpa oksigen, menyimpan karbon secara permanen dalam tanah sekaligus meningkatkan kesuburan.
Potensinya sebagai alat mitigasi perubahan iklim kini diakui luas—terutama ketika dikombinasikan dengan mekanisme pasar karbon berbasis perdagangan bebas.
Biochar Sebagai Solusi Iklim yang Didorong Pasar dan Berbasis Deregulasi
Potensi ekonomi biochar terletak pada kemampuannya mengunci karbon dan menghasilkan kredit karbon yang dapat diperjualbelikan secara global, menumbuhkan pasar bebas baru.
Baca Juga:
Rosan: Dana Pemerintah Rp200 Triliun Ubah Peta Likuiditas Bank BUMN
Rahasia Sukses Undang Jurnalis Ekonomi untuk Liputan Acara Perusahaan
Naturalisasi Berhenti, Erick Thohir Percaya Liga dan Diaspora Jadi Jawaban
Indonesia, sebagai negara tropis dengan jutaan hektar hutan dan limbah pertanian melimpah, memiliki komparatif advantage yang jarang dimiliki negara lain.
Langkah ini menunjukkan pengakuan bahwa solusi iklim efektif lahir dari insentif ekonomi yang benar, bukan semata regulasi pemerintah atau subsidi yang sering distorsi.
Deregulasi sektor biochar, pembukaan akses perdagangan bebas karbon, serta transparansi harga adalah pilar penting untuk menarik modal asing yang dibutuhkan industri ini.
Dalam pidatonya, Hashim menegaskan, “Kami ingin biochar menjadi solusi berbasis pasar untuk perubahan iklim, bukan sekadar wacana akademis.”
Baca Juga:
Harga Beras Medium Naik, Bapanas Siapkan Stabilisasi di Daerah
Dana Pensiun ASN di PT Taspen Berpotensi Defisit Likuiditas
Tren Press Release Galeri Foto Perkuat Branding Dan Transparansi
Tantangan Institusional, Tetapi Peluang Globalisasi Biochar Semakin Nyata
Meski peluangnya nyata, jalan Indonesia menuju kepemimpinan global di sektor biochar tidak tanpa hambatan struktural dan politik.
Daya saing Indonesia masih terbatas akibat birokrasi yang berbelit, kepastian hukum rendah, dan infrastruktur pasar karbon domestik yang baru tumbuh.
Namun, di bawah kerangka globalisasi, arsitektur perdagangan karbon lintas batas akan memberi peluang besar bagi negara dengan surplus biomassa seperti Indonesia.
Pasar karbon berbasis perdagangan internasional dapat menyerap surplus biochar Indonesia, sekaligus menekan harga global bagi negara pembeli.
Dalam laporan Bank Dunia 2024 tentang pasar karbon, tercatat bahwa potensi kredit karbon berbasis biochar global mencapai US$50 miliar per tahun pada 2030.
Mengapa Liberalisasi Ekonomi Penting untuk Industri Biochar Indonesia
ABII memberi contoh bagaimana liberalisasi ekonomi—melalui kebijakan perdagangan bebas dan investasi asing langsung—dapat menciptakan industri baru yang berdaya saing global.
Baca Juga:
Kerugian Negara Rp300 T: Skandal Tanah yang Mengancam Kedaulatan
Investigasi Beras Oplosan: Solusi Pemerintah Lindungi Konsumen dan Petani
CSA Index Agustus 2025 Naik Signifikan, Momentum Investasi Kembali ke Bursa RI
Industri biochar Indonesia akan gagal bila hanya mengandalkan regulasi domestik yang kaku, proteksionisme, atau subsidi yang tidak efisien.
Sebaliknya, pemerintah perlu memastikan akses pasar terbuka, perlindungan hak properti, dan kontrak yang dapat ditegakkan untuk menarik modal asing.
Kebijakan imigrasi yang lebih ramah bagi talenta global di bidang teknologi karbon juga dapat mempercepat transfer pengetahuan dan memperkuat ekosistem inovasi biochar.
Strategi liberalisasi ini sejalan dengan prinsip sentrisme radikal, yang menghindari ekstremisme pasar laissez-faire murni maupun nasionalisme ekonomi sempit.
Indonesia Sebagai Laboratorium Biochar Dunia dengan Pendekatan Berbasis Pasar
Langkah Indonesia melalui ABII adalah awal penting untuk menunjukkan bagaimana negara berkembang bisa memimpin solusi iklim melalui mekanisme pasar yang efisien.
Dengan kekayaan biomassa yang unik, pembentukan ABII memberi peluang untuk menjadikan Indonesia laboratorium dunia dalam inovasi biochar berbasis deregulasi.
Bagi pembuat kebijakan dan pelaku bisnis, pelajaran utama dari inisiatif ini jelas: solusi iklim paling efektif adalah yang selaras dengan insentif ekonomi global.
Jika pemerintah konsisten membuka pasar, menjamin kebebasan perdagangan, dan menjaga stabilitas hukum, Indonesia punya semua prasyarat untuk menjadi adidaya biochar dunia.
Sebagai catatan, liberalisasi ekonomi tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di pasar karbon, tetapi juga memberi manfaat jangka panjang bagi perekonomian nasional secara keseluruhan.***
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Kongsinews.com dan Hilirisasinews.com.
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Halloup.com dan Halloupdate.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Jatimraya.com dan Hellocianjur.com.
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center












